WELCOME

Edisi Post ke - 100 : "Buat Apa Malu Berjualan?"

Jumat, 15 Oktober 2010



Batasan Umur : SU (Semua Umur)
Kategori : Motivasi, kisah, Sharing,
Ini merupakan postingan dalam rangka edisi spesial
"Postingan ke - 100 -AnekdoT- Blog"
Judul postingan kali ini adalah : Buat apa malu berjualan?
oke ... check it out... =D


satu alasan mengapa saya mengeluarkan hasil pemikiran saya ini karena saya ingin menjawab perkataan segelintir orang yang mengatakan

"malu ah kalo jualan disekolah" atau apa lah kata - kata nya yang menyudutkan diri sendiri. Contoh kasusnya :

sebut saja Eko, dia anak seorang penjual Bensin keliling. Sekarang ia bersekolah dan duduk di kelas 2 SMA, suatu ketika teman Eko melemparkan candaan yang menyudutkan Eko dengan berkata :

"Bu, Kalo mau beli bensin ke Rumah Eko aja bu...."

lalu disambut dengan tawa anak - anak yang lain dan mengatakan

"wahh... Bensin..."

bahkan yang ekstreme nya beberapa orang memanggil Eko dengan sebutan Bensin.

Namun apa reaksi Eko? Eko tersenyum dan rela dipanggil "Bensin"

---------------------------------------------------------------------------------

Cerita Eko diatas merupakan contoh sederhana saja, Beberapa contoh Real/nyata yang saya lihat banyak terdapat di sekitar saya. 2 orang teman dekat saya adalah anak seorang pedagang/pengusaha kecil - kecilan. Namun mereka bangga akan itu.

Teman saya seorang perempuan membantu ibunya berjualan Kue - kue kecil. Ia menjajahkan barang dagangannya dari kelas ke kelas. Sesekali teman saya termasuk saya membeli itu. Bahkan banyak teman saya yang memesan lagi untuk dibawakan esok harinya. Namun, yang namanya usaha seperti itu pasti ada saja obrolan miring tentang dia, namun selama itu tidak menyinggung perasaannya ia terus melakukan usaha itu. Ia tidak malu berjualan seperti itu, Bahkan sesekali ia melempar candaan, rayuan atau apapun untuk menarik pembeli. Guru piket pun tertarik membeli dagangannya. Ia menjual dua kue seharga Rp. 2.000 yang dikemas dalam kemasan box plastik transparan. Terkadang ia juga menjual Nasi uduk. Ia pun sering ditunjuk menjadi seksi konsumsi di berbagai acara atau kegiatan

itu baru contoh kecil dari teman satu ekstrakulikuler saya.
Ada lagi teman sekelas saya, dia juga sahabat saya. Kami sering bertukar informasi tentang apapun. karena memang begitulah orangnya, meski kami baru kenal di kelas 2 (SMA) ini. Kami sudah cukup dekat, bahkan saya mengenal anggota keluarganya. Ia seorang laki - laki dan keluarganya menekuni bisnis bengkel kecil - kecilan. Ibunya menjaga bengkel dekat rumah yang juga dekat sekali dengan sekolah. Ayahnya berada di ujung jalan juga membuka bengkel, namun agak besar. Kedua bengkel tersebut berada tepat di pinggir jalan. Sehingga menurut saya, nilai marginal keuntungannya terus naik. Suatu ketika kami (sekelas) disuruh untuk membuat sebuah presentasi dalam bahasa Inggris tentang produk yang harus kita tawarkan kepada teman - teman, dan itu memberinya ide untuk mempromosikan usaha bengkelnya tersebut. Ia pun meminta bantuan saya untuk memberi saran untuk presentasinya. Ia pun juga bangga dengan itu, meski beberapa orang mentertawakan (dalam arti kata hanya bercanda). Semua orang di sekolah sudah tahu kalo ia membuka usaha bengkel (jelas, karena rumahnya tepat berada didepan rumah). Saya sering mengisi angin untuk motor saya disana. Tiap pulang sekolah ia membantu orang tuanya.

itu hanya sebagian contoh kecil dari teman - teman saya yang tidak malu dengan upaya membantu usaha orang tuanya dalam menjalankan bisnis meski kecil - kecilan.

Kesimpulannya adalah, buat apa kita malu "Jualan" selama yang kita jual adalah Halal..
dan buat apa kita mendengar tertawaan atau ledekan dari siapapun yang menghina kita..
Toh, itu pastinya akan berimbas positif ke dagangan kita.

buktinya, teman perempuan saya tadi, meski ia sering di buat bahan candaan orang lain. Masih banyak juga orang yang ingin membeli barang daganganya, yang saya salut juga adalah ketika ia berjualan, sahabat baiknya yang juga teman saya ikut membantu berjualan. Karena hal itulah yang membuat rasa penasaran "bagaimana sih rasanya berjualan ke antar teman - teman kita sendiri?".

dan percaya atau tidak, sahabat perempuan saya tadi (Bella namanya)...
selalu habis barang dagangannya... (Bayangkan; 2 tas tenteng besar yang berisi sekitar 100 kue kering habis dalam sehari bahkan kurang. Saya tidak berlebihan. Itu faktanya.)

jadi... masih malu untuk berjualan? meski itu kepada teman - teman terdekat kita?

Artikel Terkait:

1 komentar:

Anonymous mengatakan...

benar gan, buat pa malu berjualan, padahal mereka yg malu yg hanya bisa mengatakan orang lain dan hanya bisa meminta duit kepada orang tua

Posting Komentar